Senin, 14 April 2008

Doa Mengetuk Hati Allah

Kita hidup sesungguhnya melulu karena kemurahan Allah.
Sebelum penciptaan manusia, Allah sudah menyiapkan semua kebutuhan kita.
Setelah penciptaan manusia, kita diberi wewenang untuk mengelola itu semua untuk kebaikan kita, karena dengan demikian Allah dimuliakan.
Namun... karena kesombongan dan kebodohan kita, kita kerap salah urus sehingga yang kita dapat adalah kesengsaraan.
Doa adalah salah satu cara untuk mengembalikan hidup pada kebaikan. Seperti yang dilakukan Abraham yang berdoa untuk kebaikan kembali penduduk Sodom dan Gomora.
Abraham sungguh mengenal bahwa Allah itu mahapemurah dan mahabaik. Berhadapan dengan Allah, Abraham berdoa dengan penuh keberanian namun juga dengan rendah hati agar Tuhan Allah tidak mendatangkan bencana bagi penduduk Sodom dan Gomora. Abraham semakin mendesak Allah dalam doa, dia semakin menundukkan muka sampai menyentuh tanah untuk mengetuk hati Allah. Dengan cara itu Abraham semakin mengerti betapa luas dan penuh kemurahan hati Allah kepada manusia. Abraham juga semakin paham bila hati manusia tidak berdaya bila melupakan Allah dan terbawa oleh hidup kenikmatan dan kedagingan.
Yesus mengajar para murid untuk berdoa dan mengingat kemurahan Allah sebagai Bapa (Lukas 11:1-13).
Melalui teladan Araham dan teladan serta ajaran Yesus, kita tidak hanya diajari bagaimana kita berdoa, tetapi juga diajak untuk membangun kembali gambaran tentang Allah yang murah hati, tulus dan menginginkan yang baik untuk kita. Betapa tidak mudahnya untuk berdoa dan membangun kembali gambaran tentang Allah yang mau diketuk hati kemurahan-Nya ditengah-tengah hidup yang ditandai oleh kekerasan, mau menang sendiri, baik di jalan-jalan, di rumah, dan di kantor-kantor. Semua mau menang dan sudah sedemikian sulit untuk merendahkan diri. Sebaliknya dengan Allah, yang semakin diketuk, akan semakin terbuka karena sesungguhnya Allah rendah hati dan mau merendahkan diri. Allah mendatangi dengan rendah hati dan berjalan untuk menolong manusia dalam diri Yesus Kristus.
Allah yang sedemikian kaya dan pemurah itu sedemikian rendah hati, manusia yang sebetulnya miskin dan tidak seberapa malahan sering menjadi sombong.
Rendahkanlah diri di hadapan Tuhan, meski untuk itu hati perlu mengalami remuk redam. Tetapi itulah yang berkenan di hadapan Tuhan. Melalui itu semua ketulusan yang terbentuk akan menjadi magnet untuk menarik kebaikan dan ukuran tangan Tuhan.

Tidak ada komentar: